“Amarah manusia tidak mengerjakan
kebenaran di hadapan Tuhan”
Setiap kita mungkin seringkali
mengalami yang namanya marah. Marah karena masalah sepele atau masalah yang
besar. Seringkali kemarahan muncul karena kenyataan yang tidak sesuai dengan
yang selama ini kita inginkan. Sederhananya, marah merupakan bentuk ekspresi
dari rasa kekecewaan yang mendalam.
Marah bukanlah sebuah dosa. Anda
bisa setuju atau tidak. Tapi menurut saya secara pribadi, marah akan menjadi
dosa jika kemarahan tersebut di ekspresikan dengan cara berlebihan, sehingga
merugikan diri sendiri atau orang lain. Marah jangan dipendam karena akan
merusak emosi. Jadi lepaskan saja asalkan dilakukan dengan wajar dan segera
bisa dikendalikan.
Marah adalah bentuk emosional
yang sangat manusiawi. Marah itu
wajar, tapi pastikan Anda menggunakan kemarahan itu untuk kebaikan diri dan
sesama. Contoh sederhananya, marah ketika melihat teman buang sampah
sembarangan. Bentuk positif dari kemarahan bisa berbentuk menegur dengan sopan
teman tersebut. Bentuk negatifnya bisa berbentuk mencaci maki si teman karena
membuang sampah sembarangan. Kemarahan
yang bermanfaat bukan kemarahan yang ingin membalas atau menyakiti orang lain,
tetapi marah yang mendidik dan membangun.
Marah yang tidak bisa di
kendalikan akan menjatuhkan kharisma seseorang bahkan mampu melahirkan
persoalan baru. Marah yang
bermanfaat adalah marah yang tepat dan sudah dikelola dengan baik. Terkadang
kemarahan muncul ketika fisik Anda dalam keadaan down atau kelelahan. Sehingga
gampang tersinggung dan sangat sensitif.
Marah itu nikmatnya hanya sesaat, tapi
penyesalannya bisa seumur hidup. Sehingga banyak yang akan bertanya, “apa
yang harus saya lakukan dengan kemarahan saya sehingga tidak melahirkan
penyesalan seumur hidup?”
Ketika rasa marah hadir dalam
diri saya, yang bisa saya lakukan pertama kali adalah menyebut nama Tuhan
sambil menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan-pelan. Saya
melakukannya berulang-ulang hingga rasa marah itu reda.
Sulit? Mungkin ketika diawal-awal
melakukannya akan terasa sulit. Tetapi ketika Anda membiasakan diri Anda maka
Anda pasti bisa. Ketika hati sudah mulai tenang maka logika pun bisa
dikendalikan. Sehingga kita bisa melihat solusi untuk menyelesaikan masalah
yang membuat Anda marah.
Jangan memelihara rasa marah
Anda. Menjadikan marah sebagai karakter pribadi yang permanen akan membuat
Anda mendapat gelar MBA (Management by Anger).
Saya berusaha diam saat marah.
Kenapa? Pada umumnya, orang yang marah lidahnya sangat tajam untuk melukai
perasaan orang lain. Anda mungkin pernah mengalami atau mendengar, seseorang
yang marah bisa mengungkit-ungkit sesuatu yang sudah lama. Bahkan
kesalahan-kesalahan yang sudah dilupakan sekalipun bisa dibahas kembali.
Seperti ada pepatah yang mengungkapkan, “Ketika Anda mengatakan sesuatu dalam
amarah. Kata-kata Anda meninggalkan bekas seperti lubang di hati orang lain“.
Pak Mario Teguh mengungkapkan, ‘ Bersabar adalah tetap merasa marah,
tapi tidak menggunakannya untuk merendahkan diriku dan merusak hubungan baik
dengan orang lain.”
Akhir dari tulisan ini, mari kita
bersama-sama memohon kepada Tuhan Yang Maha Penyabar untuk mengendalikan rasa
marah yang negatif dalam diri kita.
“Tuhan, sesungguhnya hamba-Mu ini
sangat lemah. Gampang tersinggung dan gampang marah akan sesuatu yang terkadang
mampu merugikan diriku sendiri. Oleh karena itu, anggunkan pribadiku dengan
kesabaran. Ampuni semua kesalahan-kesalahan yang pernah aku perbuat karena
belum mampu mengendalikan rasa marah yang ada. Hanya dalam nama-Mu aku memohon.
Amin”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar