Powered By Blogger

Minggu, 04 Maret 2012

Marah


Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan”
Setiap kita mungkin seringkali mengalami yang namanya marah. Marah karena masalah sepele atau masalah yang besar. Seringkali kemarahan muncul karena kenyataan yang tidak sesuai dengan yang selama ini kita inginkan. Sederhananya, marah merupakan bentuk ekspresi dari rasa kekecewaan yang mendalam.
Marah bukanlah sebuah dosa. Anda bisa setuju atau tidak. Tapi menurut saya secara pribadi, marah akan menjadi dosa jika kemarahan tersebut di ekspresikan dengan cara berlebihan, sehingga merugikan diri sendiri atau orang lain.  Marah jangan dipendam karena akan merusak emosi. Jadi lepaskan saja asalkan dilakukan dengan wajar dan segera bisa dikendalikan.
Marah adalah bentuk emosional yang sangat manusiawi. Marah itu wajar, tapi pastikan Anda menggunakan kemarahan itu untuk kebaikan diri dan sesama. Contoh sederhananya, marah ketika melihat teman buang sampah sembarangan. Bentuk positif dari kemarahan bisa berbentuk menegur dengan sopan teman tersebut. Bentuk negatifnya bisa berbentuk mencaci maki si teman karena membuang sampah sembarangan. Kemarahan yang bermanfaat bukan kemarahan yang ingin membalas atau menyakiti orang lain, tetapi marah yang mendidik dan membangun.
Marah yang tidak bisa di kendalikan akan menjatuhkan kharisma seseorang bahkan mampu melahirkan persoalan baru. Marah yang bermanfaat adalah marah yang tepat dan sudah dikelola dengan baik. Terkadang kemarahan muncul ketika fisik Anda dalam keadaan down atau kelelahan. Sehingga gampang tersinggung dan sangat sensitif.
Marah itu nikmatnya hanya sesaat, tapi penyesalannya bisa seumur hidup. Sehingga banyak yang akan bertanya, “apa yang harus saya lakukan dengan kemarahan saya sehingga tidak melahirkan penyesalan seumur hidup?”
Ketika rasa marah hadir dalam diri saya, yang bisa saya lakukan pertama kali adalah menyebut nama Tuhan sambil menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan-pelan. Saya melakukannya berulang-ulang hingga rasa marah itu reda.
Sulit? Mungkin ketika diawal-awal melakukannya akan terasa sulit. Tetapi ketika Anda membiasakan diri Anda maka Anda pasti bisa. Ketika hati sudah mulai tenang maka logika pun bisa dikendalikan. Sehingga kita bisa melihat solusi untuk menyelesaikan masalah yang membuat Anda marah.
Jangan memelihara rasa marah Anda. Menjadikan marah sebagai karakter pribadi yang permanen akan membuat Anda mendapat gelar MBA (Management by Anger).
Saya berusaha diam saat marah. Kenapa? Pada umumnya, orang yang marah lidahnya sangat tajam untuk melukai perasaan orang lain. Anda mungkin pernah mengalami atau mendengar, seseorang yang marah bisa mengungkit-ungkit sesuatu yang sudah lama. Bahkan kesalahan-kesalahan yang sudah dilupakan sekalipun bisa dibahas kembali. Seperti ada pepatah yang mengungkapkan, Ketika Anda mengatakan sesuatu dalam amarah. Kata-kata Anda meninggalkan bekas seperti lubang di hati orang lain“.
Pak Mario Teguh mengungkapkan, ‘ Bersabar adalah tetap merasa marah, tapi tidak menggunakannya untuk merendahkan diriku dan merusak hubungan baik dengan orang lain.”
Akhir dari tulisan ini, mari kita bersama-sama memohon kepada Tuhan Yang Maha Penyabar untuk mengendalikan rasa marah yang negatif dalam diri kita.
“Tuhan, sesungguhnya hamba-Mu ini sangat lemah. Gampang tersinggung dan gampang marah akan sesuatu yang terkadang mampu merugikan diriku sendiri. Oleh karena itu, anggunkan pribadiku dengan kesabaran. Ampuni semua kesalahan-kesalahan yang pernah aku perbuat karena belum mampu mengendalikan rasa marah yang ada. Hanya dalam nama-Mu aku memohon. Amin”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...